Tak Tersampaikan
"Kalau kamu memang nggak mau aku temani lebih jauh, tolong jadi lebih baik,"
"Jaga diri kamu dengan baik."
Ntah perasaan apa yang merambat pada lubuk jiwaku ketika kamu mengatakan itu. Seperti, ada sesuatu yang menghantam keras, namun aku tak tahu apa.
"Karena kamu bisa jadi perempuan luar biasa dengan cara itu." Katamu lagi.
Aku menghela napas berat, tetesan air mata mulai mengalir di pipiku. Kamu benar, untuk menjadi perempuan luar biasa hanya memerlukan dua hal tersebut. Terkesan sangat mudah. Namun, ini menjadi bagian terberat untukku, karena aku memutuskan untuk berjalan seorang diri, tanpamu. Tanpa pesan-pesan darimu, perhatianmu, teguran-teguran kecilmu, kebijaksanaanmu yang selalu membuat aku memahami hidup dengan baik, juga bagaimana kamu menjagaku.
Maaf,
Karena masing-masing dari kita harus berlayar seorang diri, meski aku selalu membutuhkanmu.
Aku tahu kamu membaca ini, atau mungkin hanya firasatku saja. Tapi bila dugaanku benar, akankah kamu menyayangkan dan bertanya mengapa kita tak melanjutkan pelayaran dalam satu kapal lagi?
Sebab,
Sebab kamu berhak mendapatkan apa-apa yang lebih baik dariku, dan aku tak cukup untuk itu. Aku tidak bisa memintamu untuk selalu menerimaku yang hanya sebegini adanya, aku tidak bisa menyetarakan dirimu yang terlampau istimewa. Karenanya bila kita ditakdirkan bertemu, semoga kamu tak lagi bertemu dengan diriku yang sama. Bertemulah dengan aku yang lebih tenang dan lebih dari sekedar aku.
Tolong berbahagialah dengan apapun dan siapapun.
Df
Komentar
Posting Komentar