Hujan dan Matahari
Gadis itu menyeruput teh sembari menatap gerombolan manusia yang tengah asyik berdesak-desakkan. Ia begitu menikmati keramaian. Baginya, melihat kesibukan orang-orang seperti mengisi energi baru. Lafiza melirik jam dipergelangan tangannya. Sudah mau pukul 11 tapi laki-laki yang sedari tadi ia tunggu tak kunjung muncul. Huft, ia menghela napas bosan.
Kring...
Suara bel yang ada dipintu cafe terdengar, menandakan seseorang masuk. Lafiza menengok kearah pintu, lalu tersenyum ketika laki-laki yang ia tunggu datang. Aah itu dia, kak Zakki, katanya.
"Sepertinya, aku nggak perlu bilang alasanku telat, karena kamu pasti tau kan jawabannya." Ucap Zakki.
"Sudah pasti karena bangunnya kesiangan."
"Heh, ku kira kamu bakal ngira karena jalanan macet."
"Mana ada, lagian kak Zakki kan emang biasa bangun siang." Tutur Lafiza sembari mengedikkan bahu.
Zakki menggeram gemas, padahal ia memang terjebak macet, bukan bangun kesiangan. Ia sudah bersiap-siap sepagi mungkin, sebab bertemu Lafiza adalah keharusan. Ya, meski ujungnya membuat laki-laki berjaket jeans itu sakit kepala.
"Yaudah, Maaf ya karena udah ngebuat kamu nunggu lama."
Zakki meringis melihat senyum Lafiza. Sial pasti ada syaratnya, batin Zakki.
"Ku maafin, asal puisi dulu."
Ah, benarkan!
"Utang puisiku udah banyaak Lalaaaaa."
"Yah salah siapa gak dibayar-bayar."
"Ku bayar pakai es krim deh, mau?"
"Nggak. Nggak ada yang menarik selain puisi-puisinya kak Zakki." Jawab Lafiza.
"Mmmm oke, besok aku buatkan ya." Zakki menyetujui begitu saja. Bukan, bukan sebab tak mau berdebat lagi, tapi sebab Zakki melihat binar dimata gadis itu. Seperti, menyihir isi kepalanya secara tak langsung.
Zakki menatap Lafiza lamat-lamat, kali ini Lafiza akan membawa Zakki bertualang kemana ya. Apakah ke taman bermain lagi, mengajaknya naik komedi putar yang jelas-jelas ditakuti Zakki atau ke pasar, membeli makanan khas tradisional. Hanya Lafiza yang tahu jawabannya.
"Kak Zakki, lebih menyukai hujan atau matahari?"
Ini dia jawabannya. Kali ini Lafiza membawa Zakki bertualang kedalam obrolan uniknya.
"Sepertinya, hujan."
"Kok sepertinya?"
"Karena aku belum benar-benar tau apakah aku menyukai hujan atau matahari."
"Kenapa begitu?" Lafiza mengerutkan dahi sembari menopang dagu, bercakap-cakap dengan Zakki selalu menambah keingintahuannya-tentang apapun. Mungkin ini yang dimaksud Zakki bertualang.
"Buatku, hujan dan matahari memiliki makna dan maksud berbeda yang keduanya sama-sama aku butuhkan. Seperti saat ini, aku membutuhkan matahari supaya cuaca tak menghalangi aku untuk bisa bertemu dengan kamu. Namun, aku juga butuh hujan untuk ku jadikan alasan pulang terlambat supaya bisa berlama-lama bersama kamu La."
Gadis berkemeja biru itu mengerjapkan mata lalu merubah posisi duduknya. Ada perasaan aneh yang menggelitik perutnya.
"Ah gitu ternyata, tapi aku ingin kak Zakki menjawab 1 saja. Antara hujan dan matahari."
"Kalau ku pikir-pikir, aku lebih menyukai hujan La."
"Meski itu membuat kak Zakki basah kuyup?"
"Iya, lagi pula aku bisa pakai payung kok."
"Meski itu bergemuruh dan dingin?"
"Iya, aku bisa pakai penutup telinga dan memakai baju hangat."
"Sebentar, kenapa kak Zakki berlindung dibawah payung dan baju hangat kalau memang kakak menyukai hujan? Kenapa nggak hujan-hujanan aja?"
"La, perihal menyukai itu nggak harus selalu berkorban, dan bukan berarti kita harus menerima semua sifat atau hal yang membuat kita sakit. Kita perlu berlindung untuk menjaga diri kita. Karena menurutku, yang perlu kita perhatikan ketika kita menyukai sesuatu adalah, diri sendiri."
Zakki berhenti sejenak, menyeruput kopi favoritnya.
"Walau begitu, aku akan tetap memilih hujan La. Meski mungkin matahari lebih banyak memberi aku kemudahan untuk menjalani hari, untuk menjemur baju, untuk menghangatkan tubuh, dan lain-lain. Karena hal itu belum cukup membuat aku tenang dan nyaman. Seperti yang diberikan hujan."
"Tapi kak, ini bukan tentang hujan dan matahari."
"Aku tau La. Aku sangat tau. Sebab itu jawaban-jawabanku mengarah pada hal yang kamu maksud."
Lafiza tersenyum kecil. Untuk kesekian kalinya, ia akan tetap memilih hujan.
Df
Komentar
Posting Komentar