Gerbong Kereta
"Aku ingin bepergian jauh, tanpa tujuan. Sekedar duduk di kereta."
"Untuk apa?" Tanya Reihan sembari merapikan koper yang dibawanya.
"Untuk menikmati perjalanan."
"Lantas?"
"Sudah, begitu saja."
"Bukankah membosankan bila hanya melihat jalanan dan laju kereta?"
"Tidak. Justru buatku itu menyenangkan."
"Apa menyenangkannya Karl?"
"Menyenangkan karena aku bisa lebih banyak memperhatikan kehidupan diluar sana."
"Tapi, untuk memperhatikan kehidupan diluar kan nggak harus didalam kereta. Dalam mobil, atau berjalan-jalan kecil dekat rumah juga bisa."
"Iya, hanya saja suasananya berbeda Rei. Kecepatan kereta tidak berubah, aku bisa mengamati sesuatu dengan alur yang tepat, tak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. Hal itu membuat aku memikirkan banyak hal."
"Apa salah satunya?" Tanya Reihan tak sabaran.
"Salah satunya, tentang bagaimana kehidupan didalam rumah-rumah itu." Tunjuk Karla pada rumah di pinggiran rel. "Apakah mereka baik-baik aja."
"Kenapa?"
"Kenapa apanya Rei?" Karla mengerutkan dahi, sedari tadi laki-laki disampingnya ini tak berhenti bertanya.
"Kenapa kamu penasaran sama keadaan mereka?"
"Karena aku tau sesaknya gimana sewaktu aku butuh pertolongan tapi nggak ada yang nanya atau sekedar penasaran apakah aku baik-baik aja atau nggak."
Reihan menatap sedu gadis dihadapannya. "Perasaan kaya gitu nggak enak yaa. Tapi, bukankah seharusnya kamu lebih memikirkan dirimu Karl?" Reihan berhenti sejenak, "Maksudku, bagaimana kamu akan menolong orang lain bila dirimu saja, kamu biarkan?"
Karla tertegun. Kalimat yang baru saja Reihan ucapkan itu bukan pertanyaan, namun sudah seperti pernyataan. Pernyataan yang sulit diterima oleh Karla, karena baginya menolong diri sendiri lebih sulit dibanding dengan menolong orang lain. Namun, bukan Karla bila tak memiliki pandangan yang berbeda.
"Tapi Rei, menolong orang lain adalah caraku menolong diri sendiri. Aku tenang ketika mengulurkan tanganku. Aku merasa hidup ketika aku mendengar tangis mereka. Menolong diri sendiri kan tak melulu tentang mengusahakan diri keluar dari belenggu yang menyakitkan."
"Artinya, selama ini kamu menyelamatkan orang lain untuk menyelamatkan dirimu ya?"
"Iya Rei, kamu bagaimana? Caramu menyelamatkan diri?"
"Dengan tidur selama mungkin. Meski terkesan tak berguna, namun bagiku itu cukup Karl."
"Ah iya. Lagipun walau cara kita berbeda, bukan berarti itu tak penting. Selama hal tersebut menyelamatkanmu dan hal ini menyelamatkanku."
Karla menopang dagu sembari menatap pemandangan diluar. Bahkan bila perjalanan memakan waktu sebulan pun, Karla akan menyanggupinya.
Df
Komentar
Posting Komentar